Petaka Biji Sawi

Politik. Ada apa dengan politik?. ‘Politik seperti neraka’. ‘Politik itu Hina’. ‘Politik mengorbankan banyak jiwa’. ‘Politik membunuh bangsa’. ‘Politik sumber penderitaan’. ‘Politik sumber permusuhan’.
Apa itu politik, aku tak mengerti kenapa orang-orang didekatku mengatakan politik itu kehancuran dunia padahal setauku politik sering memberikan uang kepada rakyat yang miskin. Mungkinkah karena aku masih anak SMA itu sebabnya aku belum tau apa arti politik sebenarnya.
“Ghani” Sapa teman dekatku
“Mau ngajak PS an lagi?”
“Gak ghan. Dimarahi sama ibu suruh belajar buat UNAS”
“Tumben nurut sama ibumu, biasanya kamu selalu membangkang”
“Khilaf Ghan. Aku pingin jadi orang sukses Ghan, nanti kalau kuliah aku mau ambil jurusan Management Ghan”
“Pingin kerja kantoran”
“Sip banget Ghan. Aku pingin jadi orang kantoran punya uang banyak kerjanya duduk di depan laptop Ghan”
“Bagus sih”
“Kamu kalau kuliah ambil apa?”
“Masih kurang tau Rud, mikir UNAS dulu”
Sore itu aku berbincang panjang lebar tentang masa depan namun aku masih bingung untuk menata masa depanku nanti. Sekilas aku terfikirkan untuk mengambil Ilmu Politik untuk menjawab rasa penasaranku tentang dunia politik.
Selama 4 hari aku belajar dengan sungguh-sungguh untuk ujian, saat UNAS berlangsung aku memiliki tekad untuk mengambil ilmu politik itu. Setelah pengumuman UNAS aku mendaftar ke salah satu Universitas yang ada di Jakarta, aku mengambil jurusan ilmu politik tanpa minta persetujuan dari mama dan papa, pasti mereka akan menentangku.
“Ma aku masuk di Universitas yang aku pilih ma”
“Ambil jurusan apa sayang?”
“Ilmu politik ma”
“Ngapain kamu ambil ilmu politik, kamu kan tahu kalau mama sama papa gak suka kalu kamu terlibat dalam dunia politik”
“Maaf ma Ghani cuma penasaran apa yang ada dalam politik ma”
“Ganti jurusan kamu. Kalau kaku tidak mau ganti jurusan mama tidak mau membiayai kamu kuliah”
Aku langsung pergi ke kamar, aku membuka uang tabungan ku di celengan koalaku, sebbenarnya aku gak mau membuka celenganku tapi mau gimana lagi aku butuh uang.
“Sayang maafkan pangeranmu yang akan menghancurkanmu”
Pyyaarrr, semua uangku berhamburan aku menghitung semua uangku sambil menangisi celengan koalaku.
“Sayang maafkan pangeranmu ini sayang” (aku menangis tersedu-sedu)
Setelah menata uangku aku memasukkan pecahan celengan koalaku dan memasukkannya dalam kardus sambil menangis. Uang tabunganku terkumpul lima belas juta empat ratus lima puluh, tidak kusangka akan terkumpul sebanyak itu selama 4 tahun.
“Aku pergi ke jakarta dulu ma”
“Dapet uang dari mana kamu Ghan”
“Tabungan Ghani pa”
“Papa gak larang kamu tapi papa gak mau kasih uang sepeserpun kalau kamu masih ambil jurusan politik”
“Ghani tetep ambil ilmu politik pa”
“Ghani berangkat pa ma”
Demi politik aku harus hidup sendiri tanpa bantuan orang tuaku. Hari pertama masuk ke kampus aku mengikuti OSPEK kampus disana langsung ada kegiatan orasi mahasiswa, selama OSPEK sering sekali aku memperhatikan orang-orang berorasi. Awal politik ternyata ada pada lingkungan kampus, aku kira dulu politik itu harus punya partai besar saja.
Aku mengikuti salah organisasi PMII yaitu banyak kakak-kakak kemarin yang berorasi adalah anggota PMII.
“Serius kamu ikut PMII Ghan?”
“Iya Rud”
“Menurutku kamu gak usah ikut PMII Ghan, PMII terkenal banget gak bermutu dan mahasiswanya banyak yang kena DO gara-gara ulahnyaGhan”
“Aku tetep mau ikut PMII”
“Kalau papa kamu tau pasti beliau sangat marah Ghan”
“Aku kesini tujuannya untuk tau apa yang ada di politik Rud”
“Terserah kamu. Aku udah ingetkan kamu”
Satu bulan aku di PMII aku termasuk anggota yang paling aktif aku punya banyak kenalan dengan kakak senior aku juga sering di ajak ke Rayon lain juga. Aku sering berorasi ke fakultas lain dengan kakak senior.
Kehidupan kampusku selama tiga semester seperti itu, aku serinh dimarahi oleh Rudi karena pulang malam setiap hari kadang aku tidak pulang. Penampilanku berbeda dengan dulu rambutku semakin gondrong bajuku juga tak terawat.
Sekarang aku terpilih menjadi ketua rayon di Fakultas, Rudi semakin marah kepadaku karena aku memiliki jabatan dalam Fakultas. Aku sekarang tidak satu kos lagi dengan Rudi bahkan pacarku ingin putus dariku karena aku jadi ketua Rayon. Orang tua pacarku tidak menyukaiku lagi.
“Om apa salahnya sih dalam politik?”
“Kamu belum mengerti apa itu politik. Kamu seharusnya menjauhinya bukan malah mendekatinya”
“Menurutku politik itu baik kok Om”
“Pokoknya Om gak mau putri Om berhubungan dengan orang yang ikut dalam politik. Kamu masih kuliah saja sudah kayak gini apalagi nanti kalau sudah lulus kuliah”
“Kenapa kalau lulus Om”
“Kamu jadi lebih parah lagi dari sekarang”
“Kalau begitu Ghani minta izin untuk bicara sama Zahra Om”
“Baik. Jangan lama-lama”
Zahra keluar menemuiku, kita menuju ke taman dimana kita sering berduaan saat pacaran dulu. Wajah Zahra terlihat sangat musam dan tidak bersemangat.
“Maafin aku zah”
“Gapapa mas mungkin kita ditakdirkan seperti ini mas”
“Kamu masih suka sama Mas?”
“Iya mas, tapi bapak udah gak restui kita lagi mas”
“Ini semua salah mas”
“Zahra tau kok mas, mas jadi seperti ini karena mas ingin tahu tentang politik. Zahra gak nyalahin mas”
“Cuma kau zah yang bisa mengerti aku”
“Mas pamit dulu zah”
Satu persatu orang yang dekat denganku telah pergi jauh dariku sehingga yang muncul dalam otakku sekarang adalah organisasi. Aku tidak peduli dengan mereka semua orang tuaku, sahabatku dan pacarku. Di fikiranku saat ini hanyalah organisasi yang aku jalankan untuk hidupku.
Hari Senin aku dengan ketua Rayon yang lain melakukan aksi demo kepada pak rektor karena UKT dinaikan. Kami berdemo seharian didepan rektorat. Kami melakukan aksi lempar batu dan membakar dokumen-dokumen yang ada di rektorat. Tak lama kemudian polisi-polisi datang dan langsung menangkapku yang saat itu aku membapa kayu panjang.
Aku mendekam di kantor polisi, ketua Rayon dari Fakultas lain tidak bersamaku hanya aku yang berada di sel penjara. Aku tersadarkan hidupku sekarang ibaratnya para nelayan yang menginginkan paus kami memiliki tujuan bersama namun hanya aku yang masuk kedalam mulut paus.
Ini baru dimulai dalam lingkup politik kecil cukup sampai disini aku merasakan seperti ini. Akhirnya aku mengerti kenapa Politik memiliki banyak julukan. Tidak selamanya orang yang berpolitik memiliki sifat yang jahat hanya saja nasib yang mempermainkannya.

Malaikat Tidur

Panas matahari yang menyengat terasa panas di dalam rumah aku terbangun dan langsung mengambil air di kulkas. Saat membuka kulkas tiba-tiba di sebelahku ada sosok seseorang yang memakai baju putih wajahnya mirip dengan wajahku. Dia menatapku dan tersenyum kepadaku dan memandang botol yang aku pegang.
ASTAGHFIRULLAHHALADZIM aku baru tersadar kalau hari ini adalah awal puasa, aku langsung menaruh botol air es itu. Di rumah tidak ada orang sama sekali ibu dan ayahku kerja aku sendirian.
“Bam. Ayo ke rumah Ijul”
“Ngapain”
“PS an”
“Males Qil”
Aku masuk menuju ke kamar dan tidur kembali, aku dikejar-kejar raksasa didalam hutan aku lari sekencang mungkin tidak ada orang satupun dihutan. Aku melihat sebuah Goa aku masuk kedalam goa itu dan bersembunyi dibalik batu. Suara gemuruh badai makin membuatku semakin takut, aku bangun dan berlari kedalam goa itu terus berlari dan lari SLUUUTT.
Oh ternyata cuma mimpi, sedikit lega hatiku tapi juga takut. Aku langsung keluar dan menuju ke rumah Ijul.
“Ijul Ijul”
“Masuk saja pintunya gak dikunci”
Aku langsung masuk ke rumah Ijul.
“Tadi katanya gak mau main”
“Aku mimpi buruk makanya aku langsung kesini, aku ketakutan. Kalian gak puasa?”
“Puasa lah”
“Itu ada bungkus jajan”
“Jajan sahur tadi itu”
Aku tidur ditempat tidur Ijul, karena badanku sangat lelah akibat lari dikejar-kejar raksasa itu. Jujur sebenarnya aku sangat haus dan badanku lemas semua perutku juga sudah keroncongan.
“Mimpi apa kamu?”
“Dikejar raksasa”
“Raksasa cewek atau cowok?”
“Cowok matanya merah, rambutnya gondrong dan super jelek deh pokoknya”
Mereka terus saja bermain PS aku kembali tidur lagi, sekarang aku bertemu dengan makhluk asing yaitu semacam gorila berbadan kuda. Kali ini tidak mengejarku hanya memandangku saja namun pelan-pelan aku mengikuti kemana arah makhluk asing itu pergi.
Makhluk asing itu membawaku pergi ketempat yang penuh dengan api, makhluk asing itu berbalik memandangku dengan memberi isyarat agar aku terjun kedalam tempat api itu aku berjalan sedikit demi sedikit dan….
“PAANAAASSS”
“Woy kenapa lagi sih kamu?”
“Sholat sana sudah dzuhur”
Aku duduk terdiam dan melamun masih merasakan panas api itu, aku pergi ke kamar mandi untuk ambil air wudhu kemudian sholat. Setelah sholat aku menuju ke kamar lagi dan bersantai sambil memainkan hp ku.
“Nih gantian main game aku mau tidur” kata Ijul
“Males ini aku juga main game”
“Lain kali kalau mau tidur berdoa dulu. Jangan langsung tidur aja”
“Iya bawel”
Memang sih dari tadi aku kalau mau tidur gak baca doa dulu, padahal aku juga tahu doa sebelum tidur guru SMA ku juga sering mengingatkan ku juga. Emang aku aja yang suka lupa kalau berdoa sebelum tidur. Karena asyik memainkan game aku tertidur lagi dalam keadaan game ku masih nyala. Aku bertemu dengan kakek tua berambut putih yang sangat panjang dengan mata merah yang melotot.
Aku langsung lari menjauhi kakek tua itu dan kakek itu mengejarku. Kakek itu terbang dengan tongkatnya yang berwarna hijau tua dipenuhi dengan lmut.
“Aku mohon jangan mengejarku” aku sambil menangis ketakutan.
Kemudian kakek itu memegang bajuku dan membawaku terbang tinggi aku hanya menangis ketakutan. Tiba-tiba kakek tua itu menjatuhkan ku dan….
WAAAAHHHHHH BRUUKKK aku terjatuh dari kasur.
“Mimpi buruk lagi, kan tadi aku udah bilang kalau mau tidur berdoa dulu, sekarang kan bulan Ramadhan jadi sering-sering berdoa kan kamu juga yang dapat pahalanya”
“Iya sih. Selama ini kalau mau lakukan sesuatu aku jarang baca doa”
“Lha itu makanya gak barokah”
“Aku numpang mandi ya”
“Iya. Habis ini aku mau cari makan buat buka. Kamu mau ikut bam?”
“Iya tunggu ya aku sholat dulu”
Sore ini pada bulan Ramadhan aku membeli banyak sekali makanan manis buat takjil di rumah. Aku keliling mencari makanan kesukaanku yaitu kolak labu, aku membeli tiga bungkus untuk keluargaku. Setelah membeli takjil aku pulang ternyata ibu sudah membelikanku kolak labu.
“Loh ibu sudah beli kolak labu”
“Iya sayang”
“Terus ini kolak yang aku beli buat apa dong”
“Kasihkan tetangga aja”
“Gak mau nanti aku makan setelah tarawih”
“Abam kamu gak boleh serakah bam”
“Tapi bu Abam suka banget sama kolak”
“Ini sudah ada bam”
“Ya udah Abam kasih ke Bu Mina”
“Nah gitu dong di bulan Ramadhan harus banyak-banyak berbuat baik Bam”
“Iya Ma”
Aku berbuka bersama dengan keluargaku dan sholat maghrib berjamaah dengan keluargaku. Di ruang tamu aku menceritakan apa yang telah aku alami seharian ini. Respon orang tuaku malah menertawaiku.
“Kamu sudah besar harusnya kamu tahu apa yang harus dilakukan”
“Doa tidur aja lupa”
“Bukanya lupa Yah tapi karena terlalu mengantuk”
“Sama aja nak”
Hari pertama sekolah pada bulan Ramadhan aku melihat banyak wanita yang membawa bekal dan dimakan di belakang kelas. Aku bisa mengerti alasan mereka tisak berpuasa, bau soto ayam yang sangat menggoda.
“Ke perpus yuk nonton Tv” Ajak Adi
“Oke”
“Dasar cewek-cewek gak tau malu”
“Jangan gitu. Itulah keistimewaan mereka”
Sampai di perpus aku langsung mengambil novel sedangkan Adi nonton televisi dengan teman-teman yang lain. Saat membaca novel aku merasa mengantuk sekali lalu aku beranjak tidur dilantai lalu berdoa dulu sebelum tidur.
“Tunggu kalungnya ketinggalan”
Aku mengejar gadis berkerudung putih itu dan gadis itu menuju ke sungai. Subhanaallah aku tidak pernah melihat sungai seindah ini sungai dengan air yang sangat biru ada angsa yang menari-nari diatasnya.
“Kamu ngapain disini”
“Oh ini selendang kamu”
“Pergilah”
“Kemana?”
“Kembali ke duniamu”
Aku terbangun dari tidur, mungkinkah itu tadi bagian dari alam surga yang akan aku datangi nanti. Sungguh indah malaikat mimpi datang kedalam tidurku yang sejenak.

Bintang terbelah

Pagi ini aku cepat-cepat harus menuju ke Bogor untuk menjadi sukarelawan bencana longsor karena hujan deras. BRUUUKKK Laki-laki yang menabrakku langsung menuju ke pasien yang akan ku obati.
“Minggir itu pasienku”
Laki-laki itu tidak menjawabku bahkan tidak menoleh padaku dia terus saja mengobati pasien. Aku pergi untuk menolong korban yang lain. Aku menuju pasien yang terlihat sangat kesakitan ternyata laki-laki itu juga menuju kearahnya, kupercepat langkah kakiku ke pasien namun…. SLEEEEETTT aku terjatuh tepat di depan pasien dan laki-laki itu.
“Kalau mau atraksi di sirkus bukan di posko bencana” ucap laki-laki itu
“Apaan sih. Siapa juga yang atraksi, udah tau jatuh gak di tolongin situ punya perasaan gak sih. Ganteng tapi gak ada sisi baiknya. Dasar” Ucapku kesal
“Dek pak dokter baik apa tidak?” Tanya laki-laki pada korban
“Pak dokter baik dan ganteng” Jawab Korban
“Anak kecil aja tau kalau aku itu orangnya baik”
“Baik apanya orang baik itu kalau ada orang jatuh langsung ditolong bukan malah diejek”
“Dasar cerewet”
Sore ini aku duduk didepan mobil TNI tiba-tiba aku kangen dengan orang tua ku, baru seminggu aku disini. Dokter yang menjengkelkan itu mendekatiku dan duduk disampingku.
“Nih Roti”
“Buat aku”
“Enggak. Itu buat kuntilanak”
“Oh jadi aku kuntilanak”
“Sipp. Betul sekali”
“Dokter Rita Pratiwi, cantik namanya seperti wajahnya”
“Dasar gombal. Udah gak zaman sekarang ini kalau ngegombal gak ngaruh tau”
“Masa nggak ngaruh. Tuh wajahnya merah” (menunjuk ke wajahku)
Dokter Afan terus saja menggodaku, Setelah hari ini aku dan dokter Afan berteman baik bahkan dokter Afan sering membawakan sarapan pagi ke tendaku dan makan bersama, cerita bareng, dan cerita tentang masa lalu kami juga.
“Ciee yang sekarang makin perhatian” ejekku
“Dokter cantik kan tetep harus terlihat cantik. Untuk itu dokter ganteng ini akan selalu masak buat dokter cantik biar tetep sehat” sambil menyuapiku
“Makasih dokter ganteng”
Aku merasa sangat nyaman berada disisi dokter Afan namun rasa nyaman itu hilang dalam sekejap. Aku harus kembali ke rumah sakit tempat aku bekerja dan meninggalkan dokter Afan dan rekan kerja lainnya. Bodohnya aku tidak meminta nomor telefon dokter Afan sehingga kita benar-benar hilang kabar.
Sudah tiga tahun terlewati atas kejadian longsor itu aku sama sekali tidak tahu kabar lagi tentang dokter Afan. Sekarang aku punya pacar seorang pengusaha Afis namanya aku menjalin hubungan dengannya sudah empat bulan setengah. Masa sekarang ini Afis dan orang tuaku membahas tentang pernikahan kami.
“Aku janji pak aku gak akan kecewakan anak bapak”
“Bapak percaya sama nak Afis”
“Pak Rita minta pernikahannya dipercepat pak”
“Kenapa buru-buru nak”
“Perasaan Rita gak enak pak. Rita pinginya cepet nikah pak”
“Gimana nak Afis”
“Saya ngikut saja pak, kalau putri bapak pingin dipercepat ya silahkan pak”
Entah kenapa aku mengeluarkan kata itu secara tiba-tiba seolah-olah Afis akan meninggalkan aku sebelum menikah.
“Dokter Rita” Sapa Dokter Afan
“Oh dokter Afan, lama gak jumpa ya, ngapain dok disini, mau ambil pesanan baju juga ya dok buat nikahan atau mau baru pesan baju dok?” (Jawabku canggung)
“Dokter gak berubah yah dari dulu tetep banyak omongnya. Hahahaha”
“Yah kan nanti kalau berubah dokter Afan gak inget lagi sama aku”
Aku merasa aku sudah tidak ada keinginan lagi untuk menikah dengan Afis, aku selalu terbayang dengan dokter Afan. Mungkin saat aku ingin mempercepat pernikahan ini Allah menunjukkan bahwa ternyata aku sendiri yang akan meninggalkan Afis.
“Kenapa nak? dari kemarin ibu perhatikan kamu tidak terlihat bahagia” Tanya Ibu
“Gak papa bu. Rita hanya gerogi saja”
“Ayo nak keluar”
Pertunangan ini aku berpura-pura bahagia. Aku sangat ingin kembali pada dokter Afan rasanya aku ingin menangis diantara kedua keluarga ini.
Saat di taman aku sedang joging dengan Afis ditengah-tengah joging aku bertemu dengan dokter Afan dan kekasihnya.
“Luna” Ucap Afis dengan wajah yang terkejut
“Ohh.. Afis. Halo. Lama gak jumpa” kata kekasih dokter Afan
“Kamu kenal Fis?” Tanyaku
Afis terdiam entah kenapa dia tidak mengatkan satu katapun hanya menatap wanita itu.
“Teman kamu sayang?” Tanya dokter Afan
“Dia pacar aku” Jawab wanita itu
Aku terkejut. Namun dalam suasana ini kita semua diam membisu tak ada satu katapun yang terucap hanya saling menatap. Suasana ini sangat aneh seharusnya aku dan dokter Afan marah besar tapi aku sedikitpun tak merasa marah.
Kami berempat duduk di sebuah gazebo dan mendengarkan masing-masing penjelasan dari Afis dan wanita itu.
“Aku dan Afis sebelumnya pacaran dan tidak ada kata putus saat aku pergi” Kata Wanita itu
“Tapi kamu pergi tanpa pamit dan tanpa kasih kabar”
“Aku sengaja pergi. Ibumu sebenarnya tidak merestui kita karena aku hanya kasir indomaret saja ibu kamu berkata padaku malu jika punya menantu kasir indomaret. Aku pergi karena aku harus mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk bisa bersamamu. Aku sekolah Akademi di Jakarta selama dua tahun dan mendapatkan pekerjaan disana juga. Saat aku menuju kerumahmu ibumu mengatakan padaku bahwa kamu akan menikah”
“Rita maafkan aku. Aku tidak bisa melanjutkan hubunhan ini”
“Iya Fis gak papa. Toh kamu bukan jodohku lagi”
“Makasih Rit”
Afis meninggalkan aku dan dolter Afan berdua di gazebo. Aku langsung bicara pada dokter Afan apakah dokter Afan masih punya rasa padaku.
Bapak marah besar padaku dan memarahi dokter Afan sebagai pengganggu hubungan orang. Aku menjelaskan apa yang terjadi pada bapak, setelah panjang lebar aku ceritakan pada bapak. Akhirnya bapak sedikit tenang dan memberi restu pada kita.
Tanggal 13 juni 2007 aku resmi menikah dengan dokter Afan. Afis dengan wanita itu juga menghadiri pernikahan kami, para TNI dan relawan longsor juga datang dalam pernikahan kami.
“Aku sangat bahagia sayang”
“Aku jauh lebih bahagia dari kamu” (mencium keningku)
“Memang kita sudah ditakdirkan bersama”
“Iya sayang”
5 tahun berlalu aku dikaruniai anak kembar putra Eza dan Egi sudah berumur 4 tahun. Tepat hari ulang tahun mereka berdua aku dan suamiku mengajak mereka untuk pergi berlibur ke dufan.
“Mama mainan aku ma”
“Oh mama lupa. Mama ambil dulu sayang”
Kita berangkat dari Surabaya menuju ke Jakarta diperjalanan kita bernyanyi dan bercanda bersama. Sudah malam setelah sholat isya di Masjid Eza dan Egi tidur. Hanya aku dan suamiku yang masih ter jaga. Tepat pukul 22.56 WIB di jalan tol kejadian yang tidak aku inginkan telah datang.
BRRUUUUUKKKKK BRRAAAKKK Mobil kami jatuh ke jurang aku dan suamiku telah tiada hanya kedua anakku yang selamat dari maut ini
MAMA PAPA

Aliran sungai cinta

KRING KRING KRING. Hushh hampir saja aku telat mengikuti tes ini gara2 nunggu angkutan umum, ya sebenarnya yang salah bukan angkutan umumnya sih ini gara-gara aku sendiri soalnya tidurnya kemaleman.
DEG DEG AN rasanya mau ngeliat hasil tes nya. Langkah kakiku semakin dekat dengan papan pengumuman itu, Haaduhh rasanya hatiku lega banget nih, tak lupa teman kos ku juga masuk dia di urutan 70.
“Oke adik-adik yang sudah masuk di universitas kami harap semuanya menuju ke AULA, sekarang ya adik-adik”Perintah dari panitia.
“Ci, besok kamu langsung daftar?”Tanyaku
“Kayaknya gak deh aku harus pulang dulu untuk minta uang sama ibuk”jawab Cici
“Jadi besok aku kesana sendirian dong, yah nggak berani aku embt kamu bisa pinjam uangku dulu nggak papa kok, uangku masih sisa buat bayar kos kamu pinjam dulu nggak papa Ci” Bujuk ku
“nggak may, tenang aja nanti sore aku kenalin kamu dengan teman ku, besok kamu bisa pergi denganya” jawab Cici
Aku terdiam nggak bisa berkata apa-apa lagi kalau nungguin Cici ntar takutnya udah dimasukin orang lain, Di kebun teh MALANG
Aku melihat cewek dan cowok mungkin mereka yang akan dikenalkan padaku, Cici menggandengku menuju ke cewek itu mungkin temannya Cici. Cici sebelumnya memberitahu aku bahwa nama temannya itu Sita dia berasal dari Cerme sama dengan Cici.
“KAk” Panggil Cici
“Oh, Cici kenapa baru datang janjinya kan jam 3 kamu telat setengah jam loh”Kata Kak Sita
“Emm, maaf Kak soalnya aku sore ini pulang jadi aku hanya mengantar teman ku saja kak, ini Maya kak”
“Oh ini teman kamu itu, aku Sita dek salam kenal ya dan ini teman ku Rudi” Cakap Kak Sita
Oh ternyata temanya bukan pacarnya.
“Salam kenal ya”Kata kak Rudi
“Ehh, kak aku tinggal dulu aku buru-buru ntar kemaleman gak ada bis, aku pergi dulu ya May”Kata Cici
“May, Yuk jalan ke atas”Ajak kak Rudi
“Iya kak”Jawab ku
Sore itu aku benar-benar menikmati keindahan dan kesejukan di Kebun Teh. Kak Rudi mengobrol banyak hal denganku yah aku ladenin aja secara jarang-jarang ngobrol dengan orang ganteng, hihihi
Kak Rudi ternyata orangnya asyik banget selain ganteng ramah pula.
Pagi ini aku di jemput dengan kak Sita bersama temannya, saat dibonceng Kak Sita bercerita banyak. tentang dirinya di Kampus,
“May sini masuk” Kata Kak Sita
Aku masuk ke ruangan itu, di dalam banyak orang tua yang mengantarkan anaknya.
Aku di suruh untuk mengisi surat pendaftaran.
“May kamu mau pulang atau kamu mau menunggu aku, soalnya aku ada rapat dengan teman ku untuk merencanakan MOS nanti” Cakap Kak Sita
“Aku menunggu kakak saja, aku gak berani pulang sendirian” Kataku
“Okeh, kamu bisa menungguku di sini jangan kemana-mana” Kata Kak Sita
“Ci besok aku pinjam bajumu ya, soalnya aku cuma bawa baju dua, aku kan belum pulang jadi aku pinjam bajumu dulu ya Ci” Kataku
“Okeh Okeh” jawab Cici
Aku bermimpi betemu Mas Didik yang mengajakku jalan-jalan di tepi Pantai Kuta, berfoto, dan juga bicara banyak hal. Mas Didik menembak aku dengan membawakan aku kalung emas yang terukir namaku. Tiba-tiba hujan datang basah semua baju kami lalu aku ditarik ibuku untuk menjauhi Mas Didik.
Terlihat dari jauh Kak Rudi mendekati kami dengan makanan ringan banyak di kedua tanganya.
“Hay Ci” Sapa Kak Rudi
“Hay Kak” Jawab Cici
“Kakak ada acara, kok kesini” Tanya Cici
“Ada rapat dek”
Di Ruang Tunggu
“May” Sapa Kak Rudi
“Loh kakak katanya rapat, kok masih di luar” Tanyaku
“Nanti aja May bosen nungguin mereka yang telat, sekali-kali datang telat”
Aduh jadi deg degan nih, duduk disamping Kak Rudi, Jangan sampai jadi salah tingkah.
“Kenapa diem aja May” Tanya Kak Rudi
“Nggak papa kok kak” Jawabku gugup
“Emm, kakak mau tanya boleh gak”
“Tanya apa kak??”
“Ibu kamu tega banget ya biarin kamu tinggal di Kota ini sendirian”
Kirain tanya apa gak tau nya cuma itu yang ditanyain.
“Mungkin ibu membiarkan aku hidup sendiri kak, soalnya dari kecil aku hidup dengan orang tuaku, dulu waktu SMP aku pernah ditawarin ibu untuk di Pondokin aku menolak kak soalnya aku gak mau pisah dengan mereka, trus waktu MA aku ditawarin lagi di Pondokin sama ibu aku nolak, aduh jadi cerita banyak nih kak”
“Ahh gak papa santai aja, mau curhat juga gak papa aku dengerin kok, Oh ya nanti waktu MOS kamu dalam asuhan kakak” Kata Kak Rudi
“Embt, beneran Kak”
“Iya, kalau ada apa-apa kakak kasih tau, kakak boleh minta nomer HP kamu gak, ya buat kasih info”
“Iya kak boleh kok, ini”
“Makasih ya May, aku pergi dulu”
Rasanya hatiku ini mau meledak karena senangnya bisa bicara dengan Kak Rudi, makin penasaran aku dengan Kak Rudi.
“Eh Didit itu pacar kamu ya??” Tanya Cici
“Enggak kok”
“Udah deh gak usah bohong sama Cici”
“Dia cuma tetangga aku kok beneran”
“Tetangga apa tetangga”
“Beneran ci cuma tetangga kok”
“Iya deh percaya”
“SYUKURI APA YANG ADA…..”
“Ya halo, siapa ini??”
“Ini aku Rudi”
“Ada apa kak”
“Gak ada apa-apa, mau ngasih tau besok jangan telat ya”
“Iya kak aku gak akan telat”
“Lagi ngapain May??”
“Lagi nyiapin barang yang mau dibawa besok kak”
“Ya udah May, sampai jumpa besok May, Byee”
“Eeeeciyee, udah ada yang naksir nih” Kata Cici
“Apaan sih cuma kasih tau aja buat besok”
“Kasih tau apa kasih tau” Canda Cici
“Iseng banget sih”
“Gak papa kok menurutku Kak Rudi itu orangnya baik loh”
“Iya orangnya memang baik ramah kalau bicara”
Sejak saat itu kak Rudi perhatian banget sama aku dan kak Rudi juga cerita kalau dia idah suka sama aku sejak pertama kali bertemu denganku. Wah ternyata perasaan orang lain memang gak bisa ditebak. Akhirnya kami berdua tidak pacaran namun saling berkomitmen.

LOVE COFFE SHOP

Hari H itu sudah tiba sekarang hari yang paling bahagia dan juga hari sedih yaitu hari kelulusan.
Dimana semua teman-teman cewek ku terlihat sangat cantik memakai baju kebayak dan teman cowok ku juga ganteng banget pakai jas hitam dengan peci. Menjalani hari kelulusan ini serasa satu menit saja, tentu terasa lebih cepat karena hari ini hari dimana aku melihat tawa tangis semua orang-orang yang pernah aku lihat.
Pada kipas-kipas semua karena panas banget hari ini, hemm luntur deh make up ku pagi-pagi udah cantik-cantik eh sekarang malah kusem semua bahasa jawanya “KUMUS-KUMUS” karena nungguin acara yang panjang banget ya secara bersamaan dengan kenaikan kelas adik kelas jadii sabar aja deh nggak papa bedak lutur asal bahagia dehh.

Bu Siti mendekati kami, Bu siti adalah wali kelas ku”Anak-anak ibu ingin berfoto dengan kalian semua, meskipun kalian murid ibu yang bandel-bandel tapi ibu sayang banget sama kalian ibu berharap kalian menjadi orang yang lebih baik ya”(Meneteskan air mata)
“iya bukk kami sayang banget sama ibu kami gak akan lupain ibu” jawab faut (Ketua Kelas)
“Udah ahh foto yuk dari pada nangis-nangis kayak gini nanti bedaknya pada luntur locchh” Canda Esti
“Dasar mentang-mentang make up kamu nggak tebel bicara kayak gitu”kata Matul
“Udah,, eh mas tolong foto kami dong” Rochmah memberikan kameranya kepada Ava.

DI MALANG

Pagi2 betul aku cepat2 untuk pergi mengikuti tes masuk ke universitas brawijaya malang. Aku berangkat bersama teman yang baru aku kenal di kos kemarin.

KRING KRING KRING

Hushh hampir saja aku telat mengikuti tes ini gara2 nunggu angkutan umum, ya sebenarnya yang salah bukan angkutan umumnya sih ini gara-gara aku sendiri soalnya tidurnya kemaleman.

Tes ini dimulai aku menempati ruangan yang berada di lantai 2 hemm udah masuknya hampir telat ruanganya di atas pula.
Panitia masuk ke dalam ruanganku dan membagikan soal tesnya.
..
Tes udah selesai tinggal menunggu hasilnya saja.
Teman ku(yang baru aku kenal) mengajak untuk kekantin untuk menunggu hasil tes kami WOWW
Cowok di sini ganteng-ganteng banget,jadi berharap aku masuk di sini NIH.
“Hey, kenapa bengong??”Tanya Cici(Teman satu kos)
“emm, gak papa kok” jawabku.
“cepetan habisin makananya”suruh Cici
“iyaa, dikit lagi Ci”jawabku

DEG DEG AN rasanya mau ngeliat hasil tes nya. Langkah kakiku semakin dekat dengan papan pengumuman itu, HADUHH rasanya gak mau lihat hasilnya takut tidak masuk.
Pelan-pelan aku mencari namaku di papan mulai dari daftar siswa yang tidak masuk dulu, hatiku mulai sedikit tenang karena didaftar itu namaku tidak ada. “AAAAAAAAAA” teriak ku begitu gembira melihat namaku di daftar itu dengan nomor urut 138 dari 300 murid loh.
Haaduhh rasanya hatiku lega banget nih, tak lupa teman kos ku juga masuk dia di urutan 70.

“Oke adik-adik yang sudah masuk di universitas kami harap semuanya menuju ke AULA, sekarang ya adik-adik”Perintah dari panitia.

Aku dan Cici langsung menuju ke AULA, di AULA dipenuhi banyak sekali siswa lain yang mendaftar di universitas ini, jujur yang daftar disini orang nya WOW cantik+ganteng banget jadi minder.

Panitia datang dengan membawa MAP banyak, mungkin untuk pendaftaranya (pikirku). Panitia memberikan instruksi-instruksi untuk melakukan pendaftaran, selesai instruksi kami di suruh untuk mengambil MAP dipanitia.

Sepulang dari sana aku langsung menuju ke ATM mengmbil uang untuk pendaftaran.
“Ci, besok kamu langsung daftar?”Tanyaku
“Kayaknya gak deh aku harus pulang dulu untuk minta uang sama ibuk”jawab Cici
“Jadi besok aku kesana sendirian dong, yah nggak berani aku embt kamu bisa pinjam uangku dulu nggak papa kok, uangku masih sisa buat bayar kos kamu pinjam dulu nggak papa Ci” Bujuk ku
“nggak may, tenang aja nanti sore aku kenalin kamu dengan teman ku, besok kamu bisa pergi denganya” jawab Cici
“hembt Ci,, aku kan nggak kenal sama dia aku maunya sama kamu saja” Bujuk ku pada Cici
“udah nggak papa, tenang aja orangnya ramah kok kamu pasti suka dengan nya”Kata Cici
Aku terdiam nggak bisa berkata apa-apa lagi kalau nungguin Cici ntar takutnya udah dimasukin orang lain, Di kebun teh MALANG
Aku melihat cewek dan cowok mungkin mereka yang akan dikenalkan padaku, Cici menggandengku menuju ke cewek itu mungkin temannya Cici. Cici sebelumnya memberitahu aku bahwa nama temannya itu Sita dia berasal dari Cerme sama dengan Cici.
“KAk” Panggil Cici
“Oh, Cici kenapa baru datang janjinya kan jam 3 kamu telat setengah jam loh”Kata Kak Sita
“Emm, maaf Kak soalnya aku sore ini pulang jadi aku hanya mengantar teman ku saja kak, ini Maya kak”
“Oh ini teman kamu itu, aku Sita dek salam kenal ya dan ini teman ku Rudi” Cakap Kak Sita
Oh ternyata temanya bukan pacarnya.
“Salam kenal ya”Kata kak Rudi
“Ehh, kak aku tinggal dulu aku buru-buru ntar kemaleman gak ada bis, aku pergi dulu ya May”Kata Cici
Hemm jadi bingung apa yang harus aku lakuin, aku jadi salah tingkah ngeliat kak Rudi yang ganteng banget, aduh kok deg degan gini ya.
“May, Yuk jalan ke atas”Ajak kak Rudi
“Iya kak”Jawab ku
Sore itu aku benar-benar menikmati keindahan dan kesejukan di Kebun Teh. Kak Rudi mengobrol banyak hal denganku yah aku ladenin aja secara jarang-jarang ngobrol dengan orang ganteng, hihihi
Kak Rudi ternyata orangnya asyik banget selain ganteng ramah pula.

“Hei Hei kamu!!” Bu kos memanggilku
“Ada apa bu??” Tanyaku
“Si Cici kan pulang ibu hanya ingetin kamu dirumah sendirian jadi hati-hati ibu gak mau terjadi apa-apa, secara kamu penghuni baru jadi ibu khawatir”
“Iya buk nanti kalau ada apa-apa aku bisa panggil ibukan” Kataku
“Ya udah ibu kalau gitu” Kata Bu kos
Malam ini aku sendirian di kos jadi takut sendiri, soalnya baru kali ini aku tinggal sendirian. Gak ada teman yang di ajak untuk komunikasi, teman MA kalau disms gak pernah ada yang bales. Andai aja aku punya pacar psti ada yang nemenin smsan, telfonan. Hampa banget rasanya gak punya pacar kapan YA ALLAH aku dapat pacar, jadi iri rasanya kalau lihat temen jalan sama pacarnya, jujur aku gak pernah pacaran, aku heran kenapa ya kok gak ada yang mau denganku.

Pagi ini aku di jemput dengan kak Sita bersama temannya, saat dibonceng Kak Sita bercerita banyak. tentang dirinya di Kampus, Kak Sita juga mengajakku untuk mengikuti apa yang Kak Sita ikuti untuk pengalaman. Kak Sita juga menceritakan teman-teman yang akan dikenalkan padaku.

“Rudi!!!”Panggil Kak Sita
“Ayook”Ajak Kak Sita
“Iya kak,” Jawabku
Kami berjalan menuju arah Kak Rudi. Dan kami berjalan menuju ke Ruang Komite, aku menunggu di luar bersama Kak Rudi, kali ini Kak Rudi tidak mengajakku bicara dia diam saja dan memandangi HPnya.
“May sini masuk” Kata Kak Sita
Aku masuk ke ruangan itu, di dalam banyak orang tua yang mengantarkan anaknya.
Aku di suruh untuk mengisi surat pendaftaran.
“May kamu mau pulang atau kamu mau menunggu aku, soalnya aku ada rapat dengan teman ku untuk merencanakan MOS nanti” Cakap Kak Sita
“Aku menunggu kakak saja, aku gak berani pulang sendirian” Kataku
“Okeh, kamu bisa menungguku di sini jangan kemana-mana” Kata Kak Sita

,,,,,,
“May kamu mau ikut ke kosku??” Tanya Kak Sita
“Gak kak aku pulang aja”
“Gak papa May ayo ikut aja kami semua mau main ke kosnya Sita, seneng loh nyesel nanti kalau kamu gak ikut sekalian aku kenalin temanku yang lain” Bujuk Kak Rudi
“Enggak kak aku pulang aja” Jawabku

TOK TOK TOK
“May”
“Gimana Ci udah dikasih sama ibu kamu?” Tanyaku
“Haduhh capek banget, iya may aku udah dikasih sama ibu, aku masuk kamar dulu may” Jawab Cici
“Ci besok aku pinjam bajumu ya, soalnya aku cuma bawa baju dua, aku kan belum pulang jadi aku pinjam bajumu dulu ya Ci” Kataku
“Okeh Okeh” jawab Cici

Aku bermimpi betemu Mas Didik yang mengajakku jalan-jalan di tepi Pantai Kuta, berfoto, dan juga bicara banyak hal. Mas Didik menembak aku dengan membawakan aku kalung emas yang terukir namaku. Tiba-tiba hujan datang basah semua baju kami lalu aku ditarik ibuku untuk menjauhi Mas Didik.
“Ibuk jangan tarik aku, aku masih mau bertemu dengan Mas Didik, ibuk lepas dong, lepas”
“Hiii bangun ini udah jam 6 kurang 15 menit cepat bangun”
“Beneran, Ya ampun kenapa bisa kesiangan sih, awas awas aku mau mandi”
“Dasar, pasti habis mimpi indah” Kata Cici
“Ci mana bajunya”
“Tuh diatas kamar, cepetan jangan lama-lama” Suruh Cici
“Iya,,”

Terlihat dari jauh Kak Rudi mendekati kami dengan makanan ringan banyak di kedua tanganya.
“Hay Ci” Sapa Kak Rudi
“Hay Kak” Jawab Cici
“Kakak ada acara, kok kesini” Tanya Cici
“Ada rapat dek”

Di Ruang Tunggu
“May” Sapa Kak Rudi
“Loh kakak katanya rapat, kok masih di luar” Tanyaku
“Nanti aja May bosen nungguin mereka yang telat, sekali-kali datang telat”
Aduh jadi deg degan nih, duduk disamping Kak Rudi, Jangan sampai jadi salah tingkah.
“Kenapa diem aja May” Tanya Kak Rudi
“Nggak papa kok kak” Jawabku gugup
“Emm, kakak mau tanya boleh gak”
Aduh rasanya makin gemeteran aja Kak Rudi bilang kayak gitu.
“Tanya apa kak??”
“Ibu kamu tega banget ya biarin kamu tinggal di Kota ini sendirian”
Kirain tanya apa gak tau nya cuma itu yang ditanyain.
“Mungkin ibu membiarkan aku hidup sendiri kak, soalnya dari kecil aku hidup dengan orang tuaku, dulu waktu SMP aku pernah ditawarin ibu untuk di Pondokin aku menolak kak soalnya aku gak mau pisah dengan mereka, trus waktu MA aku ditawarin lagi di Pondokin sama ibu aku nolak, aduh jadi cerita banyak nih kak”
“Ahh gak papa santai aja, mau curhat juga gak papa aku dengerin kok, Oh ya nanti waktu MOS kamu dalam asuhan kakak” Kata Kak Rudi
“Embt, beneran Kak”
“Iya, kalau ada apa-apa kakak kasih tau, kakak boleh minta nomer HP kamu gak, ya buat kasih info”
“Iya kak boleh kok, ini”
“Makasih ya May, aku pergi dulu”

“AAAAAAAHHHH”
Rasanya hatiku ini mau meledak saking senangnya bisa bicara dengan Kak Rudi, makin penasaran aku dengan Kak Rudi.
“Hembt, sekarang temanku yang satu ini mulai gila deh, tadi ngigo’ gak karu-karuan sekarang senyum-senyum sendiri, ada apaan sih kayaknya bahagia banget” Kata Cici
“Apaan sih udah ayo balik” Jawabku
“Eh Didit itu pacar kamu ya??” Tanya Cici
“Enggak kok”
“Udah deh gak usah bohong sama Cici”
“Dia cuma tetangga aku kok beneran”
“Tetangga apa tetangga”
“Beneran ci cuma tetangga kok”
“Iya deh percaya”

“SYUKURI APA YANG ADA…..”
“Ya halo, siapa ini??”
“Ini aku Rudi”
“Ada apa kak”
“Gak ada apa-apa, mau ngasih tau besok jangan telat ya”
“Iya kak aku gak akan telat”
“Lagi ngapain May??”
“Lagi nyiapin barang yang mau dibawa besok kak”
“Ya udah May, sampai jumpa besok May, Byee”
“Eeeeciyee, udah ada yang naksir nih” Kata Cici
“Apaan sih cuma kasih tau aja buat besok”
“Kasih tau apa kasih tau” Canda Cici
“Iseng banget sih”
“Gak papa kok menurutku Kak Rudi itu orangnya baik loh”
“Iya orangnya memang baik ramah kalau bicara”
Sejak saat itu kak Rudi perhatian banget sama aku dan kak Rudi juga cerita kalau dia idah suka sama aku sejak pertama kali bertemu denganku. Wah ternyata perasaan orang lain memang gak bisa ditebak. Akhirnya kami berdua tidak pacaran namun saling berkomitmen.

BANSU

Hari ini hari dimana aku harus berangkat kuliah pagi-pagi jalan kaki melewati jalan raya rasa Korea, tidak seperti biasanya hari ini sangat dingin, bodohnya aku yang gak pakai jaket. Di depan fakultas aku melihat kakak senior bersama dengan teman-temanya yang lagi asyik bercanda bareng. Aku jadi iri kenapa aku tidak ditakdirkan untuk dekat dengan kakak senior yang aku taksir.
“Ratna” Sapa trmanku Risa
“Dingin banget hari ini”
“Hari ini gue gak ngerasa kedinginan malah rasanya badan gue lagi mendidih”
“Kenapa?”
“Gue putus sama pacar gue”
“Jadi beneran dia selingkuh sama junior yang sok kaya itu”
“Iya”
“Udah gak usah sedih, tuh liat banyak cowok disini kamu tinggal milih aja”
“Loe kira mereka sepatu yang bisa dipilih dengan mudah”
Aku berjalan dengan Risa, Risa adalah teman aku yang kenal gara-gara suka sama cowok yang sama, awalnya sih dulu sering berantem tapi sekarang kita sahabatan udah dua tahun setengah sejak semester 2.
“Cepetan lari jangan jalan”
“Bentar”
“Basah semua nanti kamu”
“Cerewet banget sih kamu”
“Tuh kan jadi basah semua”
“Ntar juga kering. ALLAHU AKBAR”
“Kenapa rat?”
“Dingin diluar aja yuk”
“Diluar hujan rat. Kamunya sih udah dibilangin suruh lari malah jalan jadinya basah semua kan”
Ac ruangan kelas dingin banget rasanya mandi dalam es batu. Saat aku berjalan tiba-tiba ada yang memanggilku.
“Ratna” ucap seorang lelaki yang asing rupanya
“Siapa ya?”
“Kamu lupa sama aku”
“Lupa gimana, kita aja gak pernah kenal”
“Beneran kamu lupa dengan wajah aku”
Langsung dia membuka hp nya dan menunjukkanya kepadaku. Setelah aku lihat gila ternyata dia mantan aku yang berasal dari Surabaya. Malunya aku langsung aku tutupi wajahku dengan kedua tanganku.
“Udah inget Rat”
“Ngapain disini”
“Jenguk saudaraku disini”
Aku langsung menyeret kursi dan mendudukinya sambil menutup wajahku. Dan si Rizqi mantan pacar aku dulu duduk tepat di depanku. Hatiku berkata ngapain duduk didepanku gak peka banget sih lihat situasiku.
“Kenapa malu”
“Gapapa”
“Aku mau bicara sama kamu diluar”
“Ngomong aja disini”
“Ayo keluar Rat”
Mau gak mau aku mengikutinya keluar sambil menutup pintu. Kubuka telapak tanganku sedikit ternyata ada senior ganteng. Ya ampun emang si Rizqi kelakuanya sama aja kayak dulu suka malu-maluin.
“Ngomong apa?”
“Kamu gak berubah yah sama seperti dulu waktu kamu tinggal di Surabaya”
“Duh gak usah basa basi deh. Mau ngomong apa cepetan”
“Buka dong tangan kamu”
“Iya nih udah dibuka”
“Kenapa?”
“Kenapa apanya qi?”
“Wajah kamu bisa merah gitu”
“Ya malu lah”
“Malu kenapa”
“Kamu gak inget apa yang aku lakuin dulu?”
“Inget”
“Kamu gak marah ketemu sama aku”
“Kenapa marah. Justru aku seneng ketemu sama kamu lagi”
“Bener kamu gak marah”
“Iya Rat aku gak marah”
Aku kira Rizqi marah karena aku selingkuhin dulu, aku baru nyadar jangan-jangan selama ini aku kena karma dari Rizqi ya, soalnya aku gak pernah pacaran lagi semenjak putus sama dia juga putus sama selingkuhanku juga. Aku bicara panjang lebar dengan Rizqi menanyakan kabar keluarga satu sama lain dan menanyakan pacar juga, Rizqi ternyata gak pernah pacaran lagi mungkin pertemuanku ini pertanda jodoh kali ya.
Malam ini Rizqi mengajak aku untuk nonton bioskop di Mall rasanya aku ngedate sama Rizqi lagi. Jujur aku masih sayang sih tapi gak berani bilang ke Rizqi.
“Tunggu sini ya”
“Iya qi”
Dia menuju ke kedai popcron, dia kembali dengan membawa satu pop corn jumbo dengan dua gelas minuman. Ya ampun so sweet banget Rizqi rasanya pingin langsung ngomong ke dia kalau aku masih sayang dengannya.
“Mau kemana lagi”
“Terserah”
“Makan?”
“Boleh”
Ya ampun ini orang masih aja inget makanan kesukaanku nasi goreng yang banyak lauknya. Dia sendiri yang membawa makanannya dari kedai nasi goreng.
“Kok beli nasi goreng”
“Gak mau yah kamu”
“Masih inget yah sama makanan kesukaan aku”
“Sebenarnya lupa sih. Berhubung cuma kedai nasi goreng yang paling sepi jadi beli nasi goreng aja”
“Oh gitu yah” Malunya aku
“Hahaha bercanda Rat tentu aku masih ingat makanan kesukaan kamu”
Hari ini aku baru bisa merasakan apa itu kebahagiaan yang sempurna walau hanya sesaat. Rizqi tidak lama-lama di Bandung dia harus kembali untuk bekerja. Sebelum dia berpamitan untuk pergi ke Surabaya Rizqi mengatakan sesuatu.
“Aku masih sayang sama kamu”
Aku terdiam dan memandangnya dengan senyuman bahagia, gila aku yang ingin mengatakan kata sayang padanya aku sangat gugup spontan aku langsung memeluknya dan mengatakan aku juga masih sayang padanya.
Setelah hari itu aku masih terus berhubungan jarak jauh dengan Rizqi, terkadang sebulan sekali dia datang ke Bandung untuk menemuiku.
BEEP (bunyi nada wa hpku) ternyata pesan dari kakak senior yang aku suka.
“Rat aku tahu kalau kamu suka sama aku dari dulu. Maafin aku yang baru menyadarinya Rat, aku mau ngajak kamu ngedate Rat”
Rasanya syok liat pesan dari kakak senior kayak gitu, ya ampun disisi lain aku balikan sama mantan aku dan disisi lain kakak senior ngajak ngedate.
“Ris kakak senior ngajak ngedate”
“Gak usah dipeduliin fokus aja sama Rizqi”
“Tapi ini kakak senior yang aku taksir selama ini Ris”
“Loe mau nyakitin Rizqi untuk yang kedua kalinya?”
“Enggak sih”
“Terus kamu maunya gimana?”
“Aku juga suka sama kakak itu”
“Lupain kakak itu fokus aja sama Rizqi, kamu mikir gak sih dia tiap bulan jauh-jauh kesini buat nemuin kamu dan kamu mau bales dia dengan selingkuhin dia gitu”
“Teru aku harus gimana sama kakak senior ini?”
“Yaudah tolak aja”
“Gimana nolaknya”
“Ga pinter banget sih kamu. Bilang gini maaf kak aku gak bisa”
“Kesannya kok judes banget ya balesnya”
“Sini gue yang bales”
“Yang enak yah balesnya jangan buat kak senior salah paham”
“Iya mana”
BEEP balasan dari kakak senior “Iya dek gapapa, maaf dek aku kira kamu masih single”
“Aku harus bales gimana?”
“Duh oon banget sih, bales aja iya gapapa”
“Kan gak enak cari kata-kata yang lebih halus gitu”
“Rasa-rasanya aku yang chattingan sama dia”
“Hehe bantu teman kan pahalanya gede”
“Dasar”
Selama ini yang bales pesan dari kakak senior adalah Risa, aku gak pernah sekalipun bales pesan dari kakak senior itu. Lama kelamaan rasa suka sama kakak senior sudah tiada lagi aku hanya sayang sama Rizqi dan gak ada orang lain.
Dua tahun aku lulus kuliah aku sekarang bekerja di perusahaan swasta, aku sudah berani membawa Rizqi ke rumah orang tuaku itu tandanya aku akan hidup bersama dengan Rizqi. Rizqi juga mulai akrab dengan keluargaku. Seneng banget bisa jalanin hubungan dengan Rizqi selama dua tahun dan dia juga sudah mengikat janji suci denganku. Tuhan terima kasih engkau telah memberikan seseorang yang begitu sabar dalam menjalani hidup denganku memang kuakui skenariomu sangat indah.

Mekarnya Tulip Cinta

Angin sepoi-sepoi menumbangkan pohon-pohon di depan rumah dan berterbangan daun-daun dan benda-benda lain juga ikut berterbangan, seakan-akan aku telah menyaksikan gambaran kiamat nanti yang akan terjadi.
Aku mendekati bapak dan bertanya kenapa angin bisa datang seakan-akan menghancurkan kampungku ini. bapak tidak menjawabku, aku terus bertanya kepada bapak namun bapak tetap diam akhirnya aku putuskan untuk menatap tajam wajah bapak dan bapak pun menjawabnya
“Tuhan sedang marah”
“Marah kenapa pak?”
“Karena bapak tidak mencari nafkah hari ini”
“Hanya karena itu Tuhan marah”
“Tuhan tidak senang jika melihat hambanya sedang kesusahan”
“Tapi kan kita tidak kesusahan pak”
“Coba lihat ibumu di kamar”
Aku menuju kamar ibu, aku melihat ibu menangis terseduh-seduh disamping adik bungsuku. Aku tidak mengerti kenapa ibuku menangis seperti itu.
“Ibu kenapa pak”
“Ibumu tidak bisa membayar hutang untuk hari ini”
“Tapi kan biasanya ibu tidak sampai menangis”
“Ibu mu punya hutang lebih banyak lagi karena adikmu sakit”
“Vila sakit apa pak?”
“Adikmu menderita kebocoran jantung”
Aku terdiam membisu tidak kusangka adikku menderita penyakit seperti itu dan aku baru tahu. Selama ini aku hanya menghabiskan uang kedua orang tua ku untuk bersenang-senang sendiri, aku juga sering berbohong tentang masalah uang disekolahku. Ya Allah kenapa engkau baru membuka hatiku ini ya Allah disaat keluargaku kesusahan.
Bapak menuju ke belakang rumah akupun mengikutinya
“Apa yang bapak lakukan?”
“bapak mau mencari usaha sampingan untuk adikmu”
bapak memakai celana panjang dan membawa golok menuju ke pohon kelapa yang ada di belakang rumah. bapak mulai memanjat pohon kelapa yang sangat tinggi dan banyak semut merah di pohon itu. Aku tidak bisa membayangkan rasa sakit gigitan semut merah itu.
BRUUKK (suara daun-daun kelapa yang jatuh)
Ku ambil daun itu dan aku pisahkan daunnya. Aku membuat sapu lidi untuk dijual, sambil menyayat daun kelapa aku melihat bapakku di atas pohon kelapa. Sungguh aku benar-benar ingin menangis saja melihat keadaan orang tuaku.
“Lumayan banyak”
“Iya pak bapak mau jual keliling?”
“bapak titipkan di toko, nanti ikut bapak ke hutan cari kayu, kamu gak ada acara kumpul sama teman kamu kan”
“Gak ada pak”
Sore ini aku bersama bapak pergi ke hutan aku tidak main-main lagi sama temanku. Di hutan aku membantu bapak mengumpulkan kayu.
Hari ini adalah hari pengumuman kelulusanku, aku benar-benar sangat takut karena aku tidak mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh. Jika aku dinyatakan tidak lulus orang tuaku akan hancur hatinya.
“Ruci kamu lulus”
“Serius”
“Iya kamu diurutan nomer 3 paling bawah”
“Syukurlah”
“Seneng diurutan bawah”
“Setidaknya kan gak paling bawah”
Anak-anak yang lain sibuk untuk daftar ke perguruan tinggi. Aku juga ingin kuliah juga tapi apalah dayaku orang tuaku tidak mampu. Aku juga orangnya tidak pintar, sekarang aku mulai menyesal kenapa aku tidak sungguh-sungguh belajar.
“Gimana nak pengumumannya”
“Alhamdulillah pak lulus”
“Punya rencana melanjutkan kuliah dimana nak?”
“Ruci kerja aja pak”
“Kuliah saja nak supaya nanti jadi orang sukses”
“Ruci pingin cari uang buat bungsu pak”
“Bungsu jadi tanggung jawab bapak nak”
“Kamu sekolah saja yang pintar , bapak ingin kamu jadi orang sukses”
Sekarang aku kuliah di sebuah Universitas negri di Bandung. Aku mengambil jurusan manajemen keuangan. Aku kuliah sambil bekerja untuk membantu orang tuaku. Aku di Bandung bertemu dengan orang-orang sederhana, aku bersyukur dipertemukan dengan orang-orang seperti mereka setidaknya aku bisa membuang kebiasaan burukku.
“Dek”
“Iya kak ada apa”
“Gantungan hp kamu”
“Aku kira gak dikembalikan”
“Yang lain emang gak di kembalikan cuma punya kamu aja”
“Oh gitu kak. Makasih”
Aku rasa senior itu suka padaku, tapi yasudahlah aku gak peduli takutnya nanti aku jadi gak fokus sama kuliahku. Aku juga sibuk harus cari uang aku rasa aku gak ada waktu luang untuk senang-senang.
Di tempat kerja aku merupakan orang yanh dipercaya oleh bosku. Jadi jika ada urusan penting bos selalu memberikan amanat padaku.
“Nanti ada pekerja baru, kemarin baru di interview jadi tolong kamu arahkan dia”
“Baik bos”
Tidak kusangka pekerja baruku itu senior yang aku taksir sejak OSPEK. Aku jadi gugup untuk memberi arahan pada seniorku. Ya akpun ternyata dia juga tau aku kalau kita se fakultas.
“Udah lama ya kerja disini” ucap kak Danu
“Iya kak. Aku udah kerja disini sejak pertama kali masuk kuliah”
“Kalau di kampus aku jadi senior kamu tapi kalau disini kamu yang jadi seniorku. Mohon bimbinganya ya”
Duhh manisnya senyumanya kak Danu sampai-sampai aku kehabisan kata-kata. Aku gak bisa menjauhkan perasaanku ternyata seharusnya aku tidak punya perasaan apa-apa pada kak Danu.
“Senior” sapa kak Danu
“Jangan pangil senior dong kak”
“Kenapa?. Aku lebih suka panggil kamu senior”
“Danu” sapa kak Adit (senior yang mengembalikan gantungan hpku)
“Akrab banget nih kayaknya”
“Senior aku kerja”
“Oh jadi kamu kerja ditempatnya”
“Iya”
Setiap hari aku bertemu dengan kak Danu saling membantu dan saling mengeluh juga tapi aku merasa bahwa kak Danu gak mungkin anggap aku sebagai orang spesial mungkin hanya seorang teman curhatnya aja kalau dia berantem sama pacarnya.
Hadiah itu muncul lagi ini sudah yang ketiga kalinya ada bingkisan yang gak tau siapa pengirimnya hanya ada satu kata yang tertuliskan “Tulip”. Tulip yaitu bunga yang paling aku sukai semua barang-barangku pasti ada gambar bunga tulip.
“Ruci” Sapa kak Adit
“Ada apa kak?”
“Nih aku buatin sarapan buat kamu”
“Makasih kak”
“Kamu ada waktu luang gak”
“Gak ada kak. Maaf kak aku buru-buru”
Aku meninggalkan kak Adit dengan muka yang kusam.
Orang ini benar-benar misterius kali ini dia mengirimku satu pot bunga tulip. Aku sanyat penasaran dengan orang ini yang terus-terusan mengirim barang itu.
“Ngapain ci?” Tanya Ana
“Mau masang kamera ini didepan pintu”
“Buat apa?”
“Aku penasaran sama lrang yang mengirim barang-barang ini”
“Lebay deh kamu”
“Bukanya lebay aku pingin tau aja siapa yang ngirim ini”
“Mau kemana?”
“Keluar bentar ada perlu”
Ana keluar mungkin ketemuan sama pacar barunya. Nasib jomblo libur kerja masih ada di kos ngelakuin hal-hal yang gak jelas.
Di kampus aku sering bertemu dengan Kak Danu dan juga Kak Adit. Mereka selalu saja bersama terkadang Kak Danu bersama pacarnya.
Sebelum berangkat kerja aku mengambil kameraku dan kubawa kerja. Saat lenggang kerja aku melihat kameraku. Aku terkejut orang itu memakai masker dan topi jadi aku gak tau wajahnya. Aku heran kenapa orang itu bisa tahu kalau dipasang kamera.
“Na tadi kamu pulang gak?”
“Enggak Ci aku dari tadi di kampus”
“Ehh gila tahu. Orang itu pakai masker sama topi. Kok bisa tahu ya curiga aku”
“Gak guna usahamu”
“Mau kemana lagi kamu?”
“Jalan. Dahh”
Hari ini Kak Danu libur kerja karena ibunya sakit. Sedikit gak selera kerja gak ada penyemangat buat kerja.
“Gimana kak udah sembuh ibunya”
“Alhamdulillah udah baikan ci, duluan ci”
Saat aku melihat Kak Danu pergi Kak Adit menabrak ku. BRAAKK
“Maaf dek”
Aku melihat gantungan hp Kak Adit bunga tulip mirip seperti punyaku. Dari kejadian itu aku mulai curiga dengan Kak Adit apakah selama ini yang mengirim barang-barang itu kak Adit.
“Eh Na kayaknya aku udah tau deh siapa yang ngirim barang-barang itu”
“Siapa?”
“Kak Adit”
“Senior kamu yang katanya naksir sama kamu?”
“Iya”
“Bisa saja sih”
“Kalau bener emang Kak Adit. Jadi kasihan sama Kak Adit selama ini aku cuekin, jarang senyum juga. Jahat gak sih menurut kamu?”
“Kalau kamu udah ngomong kayak gini berarti kamu ada rasa sama si Kak Adit itu”
“Masa iya aku ada rasa. Aku biasa aja sih”
“Duh bedain rasa cinta sama gak aja kamu gak bisa. Kalau menurut aku ya kamu itu udah mulai suka sama Kak Adit”
“Besok malem anterin aku nyari buku”
“Oke”
Aku terdiam dan berfikir masa iya aku suka sama Kak Adit padahal aku sukanya sama Kak Danu kok perasaanku jadi gini sih, tau ah niat disini buat kuliah bukan buat mikir masalah cinta yang gak jelas.
Malam ini aku menemani Ana buat cari buku. Sebenarnya mood ku hari ini kurang bagus sih soalnya aku gak ketemu sama Kak Danu begitu juga Kak Arif. Setelah berkeliling nyari buku gak ketemu Ana mengajakku ke taman di kota ini. Di kota terlihat seperti ada acara married kali ya soalnya ada lilin berbentuk love.
“Ci yuk ke kumpulan lilin itu”
“Ngapain”
“Udah ayo kesana aja dulu liat-liat”
Tiba-tiba sebuket bunga tepat di hadapanku saat aku menoleh kebelakang ternyata Kak Adit. Hatiku sekejap itu terasa berbunga-bunga melihat Kak Adit. Benar yang dikatakan Ana rupanya aku jatuh cinta dengan Kak Adit.
“Kamu mau jadi teman abadiku?”
Aku hanya mampu menganggukkan kepalaku dan tersenyum lebar pada Kak Adit, Aku jadian sama kak Adit. Ternyata selama ini tang kirim barang-barang itu benar kak Adit dibantu juga dengan Ana. Jadi selama ini Ana tidak bertermu dengan pacarnya tapi bertemu dengan Kak Adit.

Cemara asmara telah membelah

Pagi ini aku cepat-cepat harus menuju ke Bogor untuk menjadi sukarelawan bencana longsor karena hujan deras. Tiba dilokasi aku sungguh delima melihat korban yang yang merintih kesakitan. Aku segera menuju ke korban untuk melihat kondisinya.
BRUUUKKK
Laki-laki yang menabrakku langsung menuju ke pasien yang akan ku obati.
“Minggir itu pasienku”
Laki-laki itu tidak menjawabku bahkan tidak menoleh padaku dia ter saja mengobati pasien. Aku pergi untuk menolong korban yang lain.
“Korban ini kakinya patah dan susah untuk bernafas”
“Baik saya mengerti”
Aku memasang alat bantu bernafas, kemudian aku mencari alat bantu untuk kakinya yang patah. Setelah kembali aku melihat pasienku itu sudah di pasang alat bantu oleh laki-laki tadi. Sebbenarnya aku sangat jengkel tapi aku mencoba intuk jadi wanita yang sok cuek. Setslah mengobati beberapa korban aku mendekati salah satu korban untuk berbincang.
“Gimana pak sudah merasa baikan?”
“Iya bu dokter sudah merasa lebih baik berkat dokter yang ganteng itu”
“Dokter ganteng. Siapa pak?”
Menunjuk ke arah laki-laki yang menabrakku.
“Itu dokter gantengnya”
“Iya bu dokter ”
“Saya tinggal dulu ya pak”
Aku menuju pasien yang terlihat sangat kesakitan ternyata laki-laki itu juga menuju kearahnya, kupercepat langkah kakiku ke pasie namun…. SLEEEEETTT aku terjatuh tepat di depan pasien dan laki-laki itu.
“Kalau mau atraksi di sirkus bukan di posko bencana” ucap laki-laki itu
“Apaan sih. Siapa juga yang atraksi, udah tau jatuh gak di tolongin situ punya perasaan gak sih. Ganteng tapi gak ada sisi baiknya. Dasar” Ucapku kesal
“Dek pak dokter baik apa tidak?” Tanya laki-laki pada korban
“Pak dokter baik dan ganteng” Jawab Korban
“Anak kecil aja tau kalau aku itu orangnya baik”
“Baik apanya orang baik itu kalau ada orang jatuh langsung ditolong bukan malah diejek”
“Dasar cerewet”
“Minggir aku mau lihat kondisinya”
“Udah membaik bu dokteeer” Ejek laki-laki itu
Tiba-tiba seorang TNI datang mendekati kami.
“Dokter dan perawat silahkan menuju ke markas utama”
Aku dan laki-laki itu menuju ke markas bersama dokter dan perawat lainnya.
Sore ini aku duduk didepan mobil TNI tiba-tiba aku kangen dengan orang tua ku, baru seminggu aku disini. Dokter yang menjengkelkan itu mendekatiku dan duduk disampingku.
“Nih Roti”
“Buat aku”
“Enggak. Itu buat dokter yang cerewet yang terus-terusan ngomel”
“Oh jadi aku dokter cerewet”
“Sipp. Betul sekali”
“Dokter Rita Pratiwi, cantik namanya seperti wajahnya”
“Dasar gombal. Udah gak zaman sekarang ini kalau ngegombal gak ngaruh tau”
“Masa nggak ngaruh. Tuh wajahnya merah” (menunjuk ke wajahku)
“Apaan sih ini gara-gara efek cuaca disini”
“Cuacanya dingin kali mbak”
“Yahhh kan aku alergi dingin. Lagian ngapain sih kesini aku lagi males berantem”
“Aku mau ngajak temenan dok”
“Temenan apa musuhan”
“Teman dok. Aku mau berhubungan baik dengan dokter”
“Oh gitu. Aku terima kalau gitu. Dokter Afan”
Setelah hari ini aku dan dokter Afan berteman baik bahkan dokter Afan sering membawakan sarapan pagi ke tendaku dan makan bersama, cerita bareng, dan cerita tentang masa lalu kami juga. Aku dan dokter Afan mulai ada rasa satu sama lain sehingga kita resmi pacaran.
“Ciee yang sekarang makin perhatian” ejekku
“Dokter cantik kan tetep harus terlihat cantik. Untuk itu dokter ganteng ini akan selalu masak buat dokter cantik biar tetep sehat” sambil menyuapiku
“Makasih dokter ganteng”
Dokter Afan sering membantuku dalam banyak hal sering membantuku mencuci baju dokter, merapikan tempat tidurku dan sering membawakanku bunga.
Aku merasa sangat nyaman berada disisi dokter Afan namun rasa nyaman itu hilang dalam sekejap. Aku harus kembali ke rumah sakit tempat aku bekerja dan meninggalkan dokter Afan dan rekan kerja lainnya. Bodohnya aku tidak meminta nomor telefon dokter Afan sehingga kita benar-benar hilang kabar.
Sudah tiga tahun terlewati atas kejadian longsor itu aku sama sekali tidak tahu kabar lagi tentang dokter Afan. Sekarang aku punya pacar seorang pengusaha Afis namanya aku menjalin hubungan dengannya sudah empat bulan setengah. Masa sekarang ini Afis dan orang tuaku membahas tentang pernikahan kami.
“Aku janji pak aku gak akan kecewakan anak bapak”
“Bapak percaya sama nak Afis”
“Pak Rita minta pernikahannya dipercepat pak”
“Kenapa buru-buru nak”
“Perasaan Rita gak enak pak. Rita pinginya cepet nikah pak”
“Gimana nak Afis”
“Saya ngikut saja pak, kalau putri bapak pingin dipercepat ya silahkan pak”
Entah kenapa aku mengeluarkan kata itu secara tiba-tiba seolah-olah Afis akan meninggalkan aku sebelum menikah. Ya Allah apakah ini firasat seorang wanita atu hanya pikiran burukku saja.
Dua hari sebwlum pernikahanku aku pergi ke penjahit mengambil baju yang sudah kupesan, saat dijalan aku melihat dokter Afan dengan wanita mungkin pacarnya, aku meneruskan jalanku tanpa menyapa mereka berdua.
“Dokter Rita” Sapa Dokter Afan
“Oh dokter Arfan, lama gak jumpa ya, ngapain dok disini, mau ambil pesanan baju juga ya dok buat nikahan atau mau baru pesan baju dok?” (Jawabku canggung)
“Dokter gak berubah yah dari dulu tetep banyak omongnya. Hahahaha”
“Yah kan nanti kalau berubah dokter Afan gak inget lagi sama aku”
“Meskipun kamu berubah aku tetep masih bisa ngenalin kamu kok, aku masih menyimpan kenangan itu dulu”
“Maaf dok aku akan menikah jadi hapus saja semua kenangan dulu ”
“Lama banget sayang, katanya cuma mau nyapa doang” ucap kekasih dokter Afan
“Kekasihnya?”
“Iya dok, saya pamit dulu ya dok”
Di kamar
Aku merasa aku sudah tidak ada keinginan lagi untuk menikah dengan Afis, aku selalu terbayang dengan dokter Afan. Mungkin saat aku ingin mempercepat pernikahan ini Allah menunjukkan bahwa ternyata aku sendiri yang akan meninggalkan Afis.
Hari ini dimana seharusnya aku bahagia namun aku tak bisa bahagia karena bertemu lagi dengan dokter Afan.
“Kenapa nak? dari kemarin ibu perhatikan kamu tidak terlihat bahagia” Tanya Ibu
“Gak papa bu. Rita hanya gerogi saja”
“Ayo nak keluar”
Pertunangan ini aku berpura-pura bahagia. Aku sangat ingin kembali pada dokter Afan rasanya aku ingin menangis diantara kedua keluarga ini.
Saat di taman aku sedang joging dengan Afis ditengah-tengah joging aku bertemu dengan dokter Afan dan kekasihnya.
“Luna” Ucap Afis dengan wajah yang terkejut
“Ohh.. Afis. Halo. Lama gak jumpa” kata kekasih dokter Afan
“Kamu kenal Fis?” Tanyaku
Afis terdiam entah kenapa dia tidak mengatkan satu katapun hanya menatap wanita itu.
“Teman kamu sayang?” Tanya dokter Afan
“Dia pacar aku” Jawab wanita itu
Aku terkejut. Namun dalam suasana ini kita semua diam membisu tak ada satu katapun yang terucap hanya saling menatap. Suasana ini sangat aneh seharusnya aku dan dokter Afan marah besar tapi aku sedikitpun tak merasa marah.
Kami berempat duduk di sebuah gazebo dan mendengarkan masing-masing penjelasan dari Afis dan wanita itu.
“Aku dan Afis sebelumnya pacaran dan tidak ada kata putus saat aku pergi” Kata Wanita itu
“Tapi kamu pergi tanpa pamit dan tanpa kasih kabar”
“Aku sengaja pergi. Ibumu sebenarnya tidak merestui kita karena aku hanya kasir indomaret saja ibu kamu berkata padaku malu jika punya menantu kasir indomaret. Aku pergi karena aku harus mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk bisa bersamamu. Aku sekolah Akademi di Jakarta selama dua tahun dan mendapatkan pekerjaan disana juga. Saat aku menuju kerumahmu ibumu mengatakan padaku bahwa kamu akan menikah”
“Rita maafkan aku. Aku tidak bisa melanjutkan hubunhan ini”
“Iya Fis gak papa. Toh kamu bukan jodohku lagi”
“Makasih Rit”
Afis meninggalkan aku dan dolter Afan berdua di gazebo. Aku langsung bicara pada dokter Afan apakah dokter Afan masih punya rasa padaku.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
“Siapa Rit?” Tanya Bapak
“Calon imamku pak”
“Maksud kamu apa, calon kamu itu Afis”
Bapak marah besar padaku dan memarahi dokter Afan sebagai pengganggu hubungan orang. Aku menjelaskan apa yang terjadi pada bapak, setelah panjang lebar aku ceritakan pada bapak. Akhirnya bapak sedikit tenang dan memberi restu pada kita.
Tanggal 13 juni 2007 aku resmi menikah dengan dokter Afan. Afis dengan wanita itu juga menghadiri pernikahan kami, para TNI dan relawan longsor juga datang dalam pernikahan kami.
“Aku sangat bahagia sayang”
“Aku jauh lebih bahagia dari kamu” (mencium keningku)
“Memang kita sudah ditakdirkan bersama”
“Iya sayang”
5 tahun berlalu aku dikaruniai anak kembar putra Eza dan Egi sudah berumur 4 tahun. Tepat hari ulang tahun mereka berdua aku dan suamiku mengajak mereka untuk pergi berlibur ke dufan.
“Yeay mama ajak kuta jalan-jalan”
“Udah dimasukan semua barangya pa?”
“Udah sayang”
“Mama mainan aku ma”
“Oh mama lupa. Mama ambil dulu sayang”
Kita berangkat dari Surabaya menuju ke Jakarta diperjalanan kita bernyanyi dan bercanda bersama. Sudah malam setelah sholat isya di Masjid Eza dan Egi tidur. Hanya aku dan suamiku yang masih ter jaga. Tepat pukul 22.56 WIB di jalan tol kejadian yang tidak aku inginkan telah datang.
BRRUUUUUKKKKK BRRAAAKKK
Mobil kami jatuh ke jurang aku dan suamiku telah tiada hanya kedua anakku yang selamat dari maut ini
MAMA PAPA (suara tangisan anak-anakku)

Gadis Menara

Awan hitam ditemani dengan suara gemuruh petir aku harus pergi kuliah dengan keadaan alam yang sedang murung. Aku berangkat kuliah jalan kaki lewat belakang kampus dengan memanjat tembok belakang. Aku bertemu dengan teman-teman lainya yang sarapan roti dengan berjalan.

“Lica lihat tugas harian Prof Daga”
“Kamu mau nyontek punyaku”
“Gak nyontek kok Cuma lihat sistemnya aja”
“Gak bawa Flashdisk”
“Bilang aja kalau gak boleh lihat tugas kamu pakek alasan gak bawa flashdisk segala padahalkan flashdisk kamu ada di gantungan tas. Manusia-manusia tidak berperasaan cuma lihat tugas aja gak boleh lagian aku kan gak bakalan nyontek. Hari ini aku bingung tugas belum selesai gara-gara semalam waktu balik ke Kota macet parah.
Rang tugas Prof Daga udah selesai Tanyaku
Gue gak ngerjain Jawab Rangga
Gila kamu gak ngerjain tugas Prof Daga ngerti sendiri kan kalau kita gak ngerjain tugasnya dia bakal nyuruh kita keluar
Seng tenang, hari ini Prof Daga gak masuk
Serius kamu, gak bercanda?
Enggak lah, aku tadi ketemu sama beliau, terus beliau bilang kalau seminggu ini Prof Daga gak masuk
Oke thank you, gue balik dulu
Berhubung dosen yang paling bawel hari ini gak masuk, aku langsung ke base camp temen-temen. Aku mengajak mereka untuk mendaki pegunungan di Jawa Timur minggu ini tapi mereka semua gak ada yang mau semenjak ada kejadian longsor di pegununga tersebut. Aku terus membujuk mereka untuk ikut mendaki namun tetap saja mereka menolak.
Hari ini aku pergi sendiri untuk mendaki pegunungan itu untuk melihat matahari terbit. Aku membawa peralatan kemah dan juga baju hangat serta air minum yang banyak. Aku mulai mendaki pegunungan itu sebenarnya aku merasa takut karena harus mendaki sendirian. Bulu kuduk ku berdiri semua ditambah dengan hawa dingin di pegunungan yang menyengat tubuh.
Setengah perjalanan aku istirahat sebentar untuk melemaskan kaki dan mengisi perutku yang lapar, saat aku membuka tasku ternyata aku lupa membawa bekal makanan di tasku hanya ada air mineral saja.
Mampus aku, gak ada makanan sedikitpun, ini udah setengah perjalanan lagi, apa aku harus turun ya. Atau aku lanjutkan aja tinggal setengah perjalanan Gumamku
Aku terus berfikir haruskah aku turun atatu aku lanjutkan perjalananku yang tinggal setengah perjalanan lagi akan sampai.
Sliuut….Sliuutt
Apaan tuh? Jangan ganggu aku, Aku gak ada ,aksud untuk ngerusak. AMPUUUNN
Brakkk
AMMPUUUNNNN
Aku menutup wajhku karena ketakutan, ku buka wajah ku pelan-pelan ternyata seorang gadis cantik berambut panjang berkulit putih.
Nandi?
Kamu bisa bicara?
Iya bisa aku normal kok
Bisa bahasa Indonesia juga
Iya bisa, kamu kok anggep aku seperti orang aneh sih
Oh maaf, habisnya datangnya tiba-tiba di tengah hutan sih
Takut yah
Sedikit takut sih
Gadis itu mengajakku untuk ke rumahnya untuk istirahat, perasaan saya sedikit takut karena di ajak masuk hutan lagi. Ternyata ada sebuah rumah kecil dan bersih banyak tanamannya. Aku disuruh duduk di gazebo untuk menunggunya, dia membawakan ku makanan dan menyuruhku untuk makan.
Kenapa gak dimakan?, aman kok Kata Gadis itu
Aku terdiam memandangi makanan dan wajah gadis itu, sebenarnya laper banget tapi melihat makanan ini jadi takut sendiri.
Gak bakalan mati kok kalau makan ini
Iya tak makan
Aku mencicipi makanan itu sedikit, luar biasa masakan gadis ini enak banget smpai-sampai aku gak sadar makanan itu aku habisin sendiri. Gadis itu hanya trsenyum melihatku dan menuangkan air putih lagi ke dalam gelas. Saking kenyangnya sampai aku tertidur pulas di Gazebo sampai pagi.
Pagi ini aku melihat gadis itu jemur baju di depan halaman, aku memandangina dan berfikir memang dia ini manusia yang normal layaknya orang di kota.
Mau kemana?
Mau cari ikan sama sRiniran
Mau nyari ke pasar ya
Kalau mau nyari ke pasar jauh mas turun dulu
Terus mau cari dimana
Di gunung
Ikut ya, tunggu bentar aku mau mandi dulu
Aku bersama gadis itu pergi ke atas gunung untuk mencari ikan dan sRinir-sRiniran, dia naik pohon tinggi begitu cepat seperti monyet yang sedang bergelantungan aku hanya terdiam melihat dia seperti itu mungkin itu cara ia untuk bertahan hidup mencari makanan setiap hari.
Selanjutnya, kita menuju ke danau kecil, ternyata di atas pegunungan seperti ini ada danau kecil yang banyak ikannya. Gadis itu mengajak ku untuk ikut masuk kedalam danau.
Nama kamu siapa, kita belum kenalan
Rini
Aku Ivan, Ivan Devara
Rini Puspita Sari
Kamu hidup di atas pegunungan ini sejak kapan?
Sejak kecil, aku hidup di sini bersama nenek, tapi nenek sekarang sudah tidak ada jadi aku tinggal sendirian di pegunungan ini
Sejak kapan nenek kamu tidak ada?
Sejak aku SMP jadi aku gak bisa lanjutin sekolah ku
Kenapa?
Soalnya aku gak tau cara cari uang itu gimana buat bayar sekolah ku dulu, jadi aku berhenti sekolah dan tetap di pegunungan ini
Kamu gak pernah turun ke bawah?
Sejak nenek ku tidak ada aku tidak pernah turun ke bawah
Kita pergi menuju pulang, diperjalanan aku memberi tahupada Rini apa tujuanku ke pegunungan ini yaitu ingin kepuncak pegunungan ini. Rini bersedia unutk mengantarku ke atas pegunungan untuk melihat matahari terbit. Kita berangkat dari rumah tengah malam agar bisa sampai disana tepat saat matahari terbit.
Sudah lama aku tida ke atas kesini untuk melihat matahari terbit, terakhir aku keatas sini pada saat masih kelas 3 SD Ujar Rini.
Aku menikmati pemandangan ini dan memfoto Rini di balik sinar matahari terbit. Dia begitu cantik dengan pemandangan alam ini, aku ingin membawanya pulang ke rumah.
Rini ikut aku ke Kota
Ngapain disana
Aku ingin mengajak kamu melihat indahnya dunia luar
Kita pergi ke kota bersama, di Kota aku menitipkan Rini kepada bibi ku disana Rini di ajari banyak hal mulai dari fashion dan berdandan. Aku mengajak Rini untuk berkeliling kota melihat-lihat wisata yang ada di kota, Rini merasa senang tampak dari wajah yang selalu tersenyum.
Ivan aku suka sama kamu
Suka maksudnya
Pasti kamu mengira aku gila ya, bilang suka sama kamu, aku tau perasaan suka pada seseorang aku sering baca buku lama nenekku jadi aku tau apa itu suka atau cinta
Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Rini, Rini terus menatapku seakan-akan ia menunggu jawabanku.
Ayo kita pulang Ajak ku
Sampai di rumah bertepatan ada ayah dan ibu aku meminta untuk menikahkan aku dengan Rini. Seluruh keluargaku kaget termasuk Rini yang langsung menatapku. Aku memberitahu tentang semua kehidupan Rini seperti apa. Tanpa pembicaraan panjang lebar ayah langsung menyetujui untuk menikahkan ku dengan Rini.
Empat bulan kemudian aku dan Rini menikah di Bandung dimana aku dilahirkan dan dibesarkan disana. Disana merupakan tempat baru bagi Rini, Rini harus meninggalkan kampung halamannya untuk hidup dengan ku selamanya.

Cermin Mimpi

Aku berlari menabrak seorang lelaki tampan yang diselimuti dengan cahaya terang. Apakah aku barusan menabrak seorang pangeran yang turun dari langit ke tujuh ataukah aku hanya menabrak roh seseorang saja. pangeran itu hanya sekilas saja dan menghilang namun wajah tampan itu sudah tersimpan dalam memoriku.
“Piyut bangun udah pagi”. Suara Cura
“Ih kamu ganggu mimpi aku yang indah” Gumamku
“Paling ketemu sama mantan kamu” Ejek Cura
“Aku ketemu sama pangeran yang gantengnya gak ada tandingannya di dunia ini. Lee Min Ho aja kalah beneran, pangeran itu memakai baju putih yang bercahaya terang nan gagah”
Cura tak menghiraukan pembicaraan ku, aku percaya bahwa dia datang dimimpiku pasti dia adalah jodohku yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan untukku.
“Mandi dulu baru makan mie nya, jadi orang bersihan dikit kenapa sih, seharusnya kamu itu nyadar kenapa si Bima ninggalin kamu, itu karena kamu orangnya itu gak bersih alias jorok” Ujar Cura
Itu orang mulutnya pingin aku staples aja deh banyak omong bisanya nasehatin doang padahal dirinya gak laku alias jomblo dari dulu. Tapi menurutku dia teman yang gak munafik sih apa yang ada dalam pikirannya dia pasti dia ungkapin tanpa harus dirahasiakan.
“Aku berangakat dulu, nitip baju ntar kalau ujan masukkin oke, pergi dulu”
“Ati-ati ketemu mantan kamu” Ejek Cura
Pagi ini kayaknya hari yang paling buruk buat aku, kenapa juga harus ketemu sama kakek toyang alias mantan aku. Gak guna banget harus ketemu sama dia di kampus pagi-pagi jalan bareng sama nenek sihir lagi.
“Piyut sarapan yuk bareng kita, aku tau kalian berdua udah putus tapi kan makan bareng okeh lah ya” Sapa Nenek Sihir
“Makasih aku buru-buru ditunggu sama dosen” Jawabku
Langsung aku lari tanpa melihat kakek toyot yang sok-sok an, kenapa juga ya aku dulu mau pacaran sama dia, pacaran enam tahun lagi aduh hilaf deh punya pacar kaya gitu. Ya Allah pertemukanlah aku dengan pangeran yang ada dalam mimpi Ya Allah.
Di Kos
“Ketemu sama mantan kamu”
“Eh gila ya sekarang dia jalan sama nenek sihir tau”
“Kan aku udah bilang dari dulu mantan kamu itu sering jalan sama nenek sihir kamunya sih gak percaya”
“Iya sih Khilaf deh”
Suasana taman bunga yang indah dipenuhi denga kabut lembut yang dingin dengan gaun putih yang ku gunakan seprti seorang princes. Aku melihat seorang lelaki yang berjalan di depan ku ternyata pangeran tadi malam yang hadir dalam mimpiku kini telah mencariku lagi.
“Pangeran mencariku lagi ya”
Pangeran terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke arah ku dan ia pun jatuh ke dalam kolam ikan “Byuur”.
“PANGERAAANNNN”
Pagi itu aku tidak selera untuk pergi ke kampus karena pangeranku telah menghilang meninggalkan aku.
“Ra pangeranku pergi meninggalkan aku, dia lebih memilih untuk nyebur ke danau dari pada memilih untuk melihatku aku merasa bahwa dia tetap jodohku”
“Terus aja menghayal sampai kos Mira ini runtuh”
“Aku akan tetap menunggu mu pangeran meskipun kau telah hilang jatuh ke danau, nanti malam aku pasti akan menyelamatkan hidupmu Pangeran”
Di kampus aku menuju ke Fakultas Cura untuk memberikan Jas Almamaternya yang ketinggalan. Disana aku bertemu dengan orang yang mirip dengan Pangeranku namun ia menggunakan baju hijau tidak menggunakan baju putih. Orang itu tersenyum pada ku dan mendekatiku.
“Aku kayaknya pernah lihat kamu tapi dimana ya aku lupa, sepertinya di daerah danau deh, oh iya kamu yang ada dimimpiku tadi malam”
Ternyata pangeran memimpikan aku juga, aku semakin deg degan melihat wajah pangeranku yang begitu nyata.
“Iya kamu yang ada dimimpiku akhir-akhir ini”
“Aku juga memimpikan kamu” Jawabku Canggung
Cura langsung menyuruhku untuk pulang karena takut mengganggu sidangnya, aku langsung pergi tanpa kata-kata. Ternyata dia se-angkatan denganku jadi dia pasti wisuda bulan depan. Aju berharap saat wisuda nanti bisa mengungkapkan perasaanku kepadanya.
Klek (suara pintu)
“Itu tadi temen kamu?”
“Iya dia temen kelas ku”
“Kok bisa ya pangeran yang ada dimimpiku akhir-akhir ini ternyata dia loh, aku kira tadi Cuma mimpi, dan ternyata dia juga mimpi aku loh aku jadi bingung apakah ini jalan Tuhan untuk mempertemukan aku dengan jodohku”
“Dia udah tunangan jadi jangan ngarep deh kamu”
“Serius dia udah tunangan!!!”
“Iya tunangannya temenku sekelas sama dia juga”
Harapanku pun sekejap hilang, pangeran mimpiku akan hidup dengan permaisuri lain. Untung saja aku belum menyatakan perasaanku padanya bisa malu jadinya kalau aku nembak cowok yang udah tunangan.
Sebulan kemudian, hari ini aku wisuda seharusnya hari ini merupakan hari yang bahagia namun aku tidak merasakan bahagia sama sekali meskipun semua keluarga besarku ikut menyaksikan wisudaku.
Di depan mobil terlihat pangeran mimpiku bersama tunangannya berfoto bersama dan berfoto bersama keluarga menuju studio foto kampus.
“Aku harus merubah cara hidupku yang konyol ini, aku harus menjadi orang yang sukses dan gak usah mikirin jodoh lagi nanti juga jodohku pasti datang sendiri”
Dua tahun aku fokus pada pekerjaan dan tanpa menghiraukan jodoh lagi aku mempunyai toko buku di berbagai kota. Mimpi itu selalu datang setiap hari seolah-olah aku harus percaya bahwa dia adalah teman hidupku. Dalam mimpi itu aku hidup bahagia bersamanya dan dikaruniai dua anak. Mungkin dia skarang sudah punya dua anak dan hidup bahagia bersama keluarga barunya.
“Assalamu’alaikum, aku pulang. Loh, kamu kok disini ngapain”
“Ini nak orang tuanya meminta kamu”
“Minta apa bu?”
“Minta kamu jadi mantunya”
PINGSAN
Tak lama kemudian aku terbangun dari pingsan dan masih terkejut apakah aku akan dijadikan istri keduanya. Aku akan menolak jika aku dijadikan istri kedunnya, kenapa tiba-tiba sekali dia datang melamarku.
“Gimana nak kamu mau nak”
“Kalau aku dijadiin istri kedua aku gak mau pak”
Robi tersenyum tipis
“Istri pertama aja belum punya” Ujar Robi
“Terus tunangan kamu dulu itu kemana?”
“Dia ninggalin aku, dia nikah sama teman kantornya”
Aku merasa lega ternyata aku bukan dijadikan istri keduanya, akhirnya aku menerima lamaranya dan aku menikah enpat bulan kemudian ternyata dia bukan hanya jodoh dalam mimpiku tapi juga jodoh dalam dunia nyata.
Setelah setahun lebih pernikahanku aku dikaruniai dua orang putri kembar, disitulah aku mulai berani bertanya kenapa dia ingin melamarku dulu, dia menceritakan semua tentang mimpiku yang bertemu dengannya dari Cura dan disitulah dia menyadari bahwa dia juga sering bermimpi bertemu denganku.
Terimakasih Tuhan engkau telah meberikan jodoh lewat dalam mimpiku, aku berfikir bahwa itu hanyalah ilusi belaka yang selama ini orang bilang bahwa mimpi adalah bunga tidur ternyata mimpiku adalah cermin dari kehidupanku yang akan datang.
PENULIS

Sri Indah Ayu Damayanti, pemilik hobi membaca dan menonton ini lahir di Gresik. E-mail Sriindahayudamayanti@gmail.com